TERMOKIMIA
Risma
Sri Ayu
123020149
Asisten
:
Nadya Charisma Putri
Tujuan
Percobaan : Untuk mempelajari bahwa setiap reaksi
kimia selalu disertai dengan perubahan energi, perubahan kalor dapat diukur
atau dipelajari dengan percobaan yang sederhana, dan reaksi kimia dapat
berlangsung secara eksoterm dan endoterm.
Prinsip
Percobaan : Hukum Black yang berbunyi “Kalor yang
diserap akan sama dengan kalor yanng dilepas”, Hukum Lavoiser yang berbunyi
“Setiap reaksi kimia massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama”, dan
Hukum Hess yang menyatakan “Kalor yang dibebaskan atau diserap tidak bergantung
pada jalannya reaksi tetapi bergantung pada keadaan awal dan akhir”.
Metode Percobaan :
Gambar
1. Metode percobaan penentuan penetapan kalorimetri
Gambar
2. Metode percobaan penentuan kalor reaksi Zn + CuSO4
Gambar
3. Metode percobaan kalor etanol dalam air
Gambar
4. Metode percobaan kalor penetralan HCl + NaOH
Hasil Pengamatan :
Tabel 1. Hasil
Pengamatan
No
|
Percobaan
|
Hasil
|
1
|
Penentuan tetapan kalorimetri
|
Td
= 299 K
Tp
= 363 K
Tc
= 315 K
Q1
= 2675,2 J
Q2
= 8025,6 J
Q3
= 5350,4 J
K = 5350,4 J/K
a = 311,8
b = 0,0002
|
2
|
Penentuan kalor reaksi Zn(s) + CuSO4(aq)
|
Tc
= 304 K
Td
= 300 K
T1J
= 4 K
Q4
= 1337,6 J
Q5
= 642,048 J
Q6
= 1979,648 J
a = 303
b = 3,2
|
3
|
Penentuan kalor etanol dalam air
|
Taq
= 298 K
Tet
= 298 K
TM
= 298 K
TA
= 304,205 K
T2J
= 6,205 K
Q7
= 446.8642 J
Q8
= 345,4944 J
Q9
= 2074,3106 J
Q10
= 2867,3106 J
H
= 4551,2867 J/mol
a = 304,16
b = 0,02
|
4
|
Penentuan kalor penetralan HCl + NaOH
|
THCl
= 300 K
TNaOH
= 299 K
TM
= 299,5 K
TA
= 303,715 K
T3J
= 4,215
Q11
= 784,4958 J
Q12
= 1409,496 J
Q13
= 2193,9918 J
H
= 3207,59 J/mol
a = 303
b = 0,26
|
(Sumber:Risma Sri Ayu, Meja 3, Kelompok F, 2012)
Grafik
1. Penetapan kalorimetri
Grafik
2. Penentuan Kalor Zn + CuSO4
Grafik
3. Penentuan Kalor Etanol dalam Air
Grafik
4. Penentuan Kalor Penetralan HCl + NaOH
Pembahasan
:
Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang
mempelajari kalor reaksi yang terlibat dalam suatu reaksi kimia. Oleh karena
kalor reaksi adalah suatu bentuk energi dan sebagian besar reaksi kimia
berlangsung pada tekanan tetap, maka kalor reaksi dinyatakan sebagai perubahan
entalpi (H).
(Brady,1999)
Menurut hukum Hess, karena entalpi adalah fungsi keadaan,
perubahan entalpi dari suatu reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah
yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan
awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk
mencapainya hal ini menyebabkan perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang
dilakukan untuk mencapainya. Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi
dapat dihitung sekalipun tidak diukur secara langsung. Caranya adalah dengan
melakukan operasi aritmatika pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan
entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi yang perubahan entalpinya
diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga
penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika
suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan sutu angka, perubahan
entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik maka tanda
perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi –ΔH). (Johari, 2006)
Termokimia merupakan penerapan hukum pertama termodinamika
terhadap peristiwa kimia yang membahas tentang kalor yang menyertai reaksi
kimia.Termodinamika kimia dapat didefenisikan sebagai cabang kimia yang
menangani hubungan kalor, kerja dan bentuk lain energi, dengan kesetimbangan
dalam reaksi kimia dan dalam perubahan keadaan. Termokimia erat kaitannya
dengan termodinamika, karena termokimia menangani pengukuran dan penafsiran
perubahan kalor yang menyertai reaksi kimia, perubahan keadaan dan pembentukan
larutan.(Anonim,2012)
Termodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara
spesifik membahas tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti
telah diketahui bahwa energi di dalam alam dapat terwujud dalam berbagai
bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi kimia, energi listrik,
energi nuklir, energi gelombang elektromagnit, energi akibat gaya magnit, dan
lain-lain. Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara
alami maupun hasil rekayasa tehnologi. Selain itu energi di alam semesta
bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah
perubahan energi dari satu bentuk menjadi bentuk lain tanpa ada pengurangan
atau penambahan. Prinsip ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan
energi. (Anonim,2012)
Suatu sistem termodinamika adalah suatu masa atau daerah yang
dipilih untuk dijadikan obyek analisis. Daerah sekitar sistem tersebut disebut
sebagai lingkungan. Batas antara sistem dengan lingkungannya disebut batas
sistem (boundary), aplikasinya batas
sistem merupakan bagian dari sistem maupu lingkungannya, dan dapat tetap atau
dapat berubah posisi atau bergerak.Penerapan hukum termodinamika pertama dalam
bidang kimia merupakan bahan kajian dari termokimia. Hukum I Termodinamika menyatakan:“Energi
tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk
ke bentuk yang lain, atau energi alam semesta adalah konstan.” (Anonim,2012)
Reaksi kimia berlangsung disertai perubahan energi berupa
penyerapan atau pelepasan kalor (panas). Reaksi kimia yang melibatkan
penyerapan kalor disebut reaksi endoterm, sedangkan reaksi kimia yang
melibatkan pelepasan kalor disebut reaksi eksoterm.(Anonim,2012)
Kesimpulan :
Dari percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa
yang termasuk reaksi eksoterm adalah penetapan kalorimeter dan penentuan kalor
Zn + CuSO4, yang termasuk reaksi endoterm adalah penentuan kalor
etanol dalam air, sedangkan penentuan kalor penetralan HCL + NaOH merupakan
reaksi penetralan asam basa yang tidak termasuk dalam reaksi eksoterm maupun
reaksi endoterm.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J.E.1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Jilid
Satu.Binarupa Aksara:Jakarta
Johari, J.M.C.,
Rachmawati, M. 2006. Kimia 2.
Jakarta: Penerbit Esis. Halaman: 55-60