KONSEP
ANALISIS KUANTITATIF DAN PENGUKURAN pH
Risma Sri Ayu
123020149
Asisten : Nadya Charisma Putri
Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui Normalitas,
Molaritas, dan persen dalam larutan, mengetahui jenis larutan baku dan mengetahui cara membuat larutan baku, menentukan konsentrasi suatu zat dengan metode volumetrik
yaitu asidimetri dan alkalimetri dan mengetahui jenis larutan indikator.
Prinsip Percobaan : Berdasarkan teori asam-basa
Arrhenius yang menyatakan asam sebagai zat
yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan sedangkan basa sebagai zat yang menghasilkan ion hidroksida dalam larutan. Berdasarkan teori asam-basa Browsted Lowry yang menyatakan bahwa asam sebagai pendonor
proton (ion hidrogen) sedangkan basa sebagai akseptor
proton (ion hidrogen).
Berdasarkan teori asam-basa Lewis yang menyatakan bahwa asam sebagai senyawa
yang dapat menerima pasangan
elektron bebas sedangkan basa sebagai senyawa
yang dapat memberi pasangan
elektron bebas.
MetodePercobaan
:
Alkalimetri
1.
2.
3.
CH3COOH
Asidimetri
1.
2.
3.
|
Gambar 1. Metode
Percobaan Analisis Kuantitatif
|
Hasil Pengamatan :
Berdasarkan
hasil pengamatan dari Konsep Analisis Kuantitatif Asam Basa dan Pengukuran pH
sebagai berikut :
Tabel
1. Analisis Kuantitatif
Asam – Basa
No
|
Percobaan
|
Hasil
|
1
|
Alkalimetri
|
a. VHCl
= 11,4
ml
NHCl = 0,11 N
b. VHCl
= 33,55
ml
NNaOH = 0,15 N
c. VNaOH
= 15,5
ml
NCH3COOH = 0,1 N
% CH3COOH = 21,6 %
|
2
|
Asidimetri
|
a. VNaOH
= 21,75
ml
NNaOH = 0,1 N
b. VHCl
= 23,55
ml
NHCl = 0,0942 N
c. VNaOH
= 8,3
ml
NCH3COOH = 0,031 N
% CH3COOH = 31,31 %
|
(Sumber : Risma
Sri Ayu, Kel. F, Meja 3, 2012)
Tabel
2. Pengukuran pH
No
|
Percobaan
|
Hasil
|
1
|
Lakmus Merah
|
a. Larutan
A : Merah – Merah (Asam)
b. Larutan
B : Merah – Merah (Netral)
c. Larutan
C : Merah – Merah (Asam)
|
2
|
Indikator
Universal
|
a. Larutan
A : 1
b. Larutan
B : 7
c. Larutan
C : 5
|
3
|
pH
Meter
|
a. Larutan
A : 0,18
b. Larutan
B : 6,76
c. Larutan
C : 3,41
|
(Sumber
: Risma Sri Ayu, Kelompok F, Meja 3, 2012)
Pembahasan :
Dari
hasil pengamatan analisis kuantitatif asam basa, yaitu alkalimetri dan asidimetri.
Percobaan alkalimetri pada percobaan pertama menggunakan HCl sebagai pentitrasi
dan N2B4O7 sebagai titrat diperoleh
VHCl 11,4 ml dan konsentrasi HCl 0,11 N. Pada
percobaan kedua menggunakan HCl sebagai pentitrasi dan NaOH sebagai titrat
diperoleh VHCl 33,55 ml dan
konsentrasi NaOH 0,15
N. Pada percobaan ketiga menggunakan NaOH sebagai pentitrasi dan CH3COOH
sebagai titrat diperoleh NNaOH 15,5 ml,
konsentrasi CH3COOH 0,1 N,
dan persen CH3COOH sebanyak 21,6
%. Percobaan asidimetri pada percobaan
pertama menggunakan NaOH sebagai pentitrasi dan H2C2O4
sebagai titrat diperoleh VNaOH 21,75
ml dan konsentrasi NaOH 0,1 N. Pada percobaan kedua menggunakan NaOH sebagai
pentitrasi dan HCl sebagai titrat diperoleh VHCl 23,55
ml dan konsentrasi HCl 0,0942
N. Pada percobaan ketiga menggunakan NaOH sebagai pentitrasi dan CH3COOH
sebagai titrat diperoleh NNaOH 8,3 ml,
konsentrasi CH3COOH 0,0331
N, dan persen CH3COOH sebanyak 31,32
%.
Dari
hasil pengamatan pengukuran pH diperoleh hasil pada larutan A yaitu merupakan
larutan asam karena kertas lakmus tetap berwarna
merah lalu dengan menggunakan indikator universal diperoleh angka pH 1
dan yang terakhir dengan pH meter di dapat hasil yang lebih akurat yaitu 0,78.
Larutan B merupakan larutan netral karena kertas lakmus
tetap berwarna merah, angka pH yang diperoleh dengan menggunakan
indikator universal adalah 7 sedangkan
menggunakan pH meter yaitu 7. Larutan C
merupakan larutan asam karena kertas lakmus merah
tidak berubah warna, angka pH menggunakan indikator universal menunjukan pH 5
sedangkan menggunakan pH meter diperoleh angka pH 3,41.
Titrasi adalah
cara analisis ang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah yang pasti dari suatu
larutan dengan mereaksikan larutan dengan suatu larutan lain yang telah
diketahui konsentrasinya. Larutan yang ada dalam labu buret disebut pentiter, Pentiter
adalah larutan dalam buret yang diteteskan secara perlahan melalui kran ke
dalam labu erlenmeyer yang mengandung larutan pereaksi lain. Larutan yang
ada dalam erlenmeyer disebut titran, titran adalah reagensia (suatu larutan
standar) yang ditambahkan dari dalam sebuah buret untuk bereaksi dengan
analitnya. Larutan standar adalah suatu larutan yang konsentrasinya telah
ditetapkan dengan akurat. (Syukuri,
1999).
Asidimetri
adalah analisis volumetrik yang menggunakan larutan baku basa untuk menentukan
konsentrasi asam yang ada. Alkalimetri adalah analisis volumetrik yang
menggunakan larutan baku asam untuk menentukan konsentrasi basa yang ada.
Perbedaan antara asidimetri dan alkalimetri adalah asidimetri mencari
konsentrasi asam sedangkan alkalimetri mencari konsentrasi basa, selain itu
larutan standar yang digunakan berbeda alkalimetri menggunakan larutan baku
asam sedangkan asidimetri menggunakan larutan baku basa. (Daintith, 1997).
Titik
ekuivalen adalah titik dimana jumlah mol asam tepat bereaksi sempurna dengan
jumlah mol basa atau telah ternetralkan oleh basa. . Titik akhir titrasi adalah
keadaan dimana reaksi telah berjalan dengan sempurna yang biasanya ditandai
dengan pengamatan visual melalui perubahan warna indicator. Perbedaan
antara titik ekivalen dan titik akhir titrasi adalah titik akhir titarsi dapat
diketahui kapan terjadina karena kita dapat melihat perubah warna ang terjadi
sedangkan saat terjadi titik ekivalen kita tidak akan mengetahuinya karena
tidak terlihat perubahan seperti saat terjadi titik akhir titrasi. (Raymond
Chang, 2003)
Teori asam-basa Arrhenius menyatakan asam sebagai zat
yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan sedangkan basa sebagai zat yang menghasilkan ion hidroksida dalam larutan. Teori asam-basa Browsted
Lowry menyatakan bahwa asam sebagai pendonor proton (ion hidrogen) sedangkan basa sebagai akseptor
proton (ion hidrogen). Teori asam-basa Lewis menyatakan bahwa asam sebagai senyawa
yang dapat menerima pasangan
elektron bebas sedangkan basa sebagai senyawa
yang dapat memberi pasangan
elektron bebas. (Raymond
Chang, 2003)
Larutan baku adalah larutan yang konsentrasinya
diketahui dengan tepat dan teliti. Senyawa yang digunakan untuk membuat larutan
baku dinamakan senyawa baku. Senyawa baku dibedakan menjadi dua, yaitu :
Larutan baku primer adalah bahan dengan
kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar dan untuk
membuat larutan baku dimana kadarnya atau konsentrasinya dapat diketahui secara
langsung dari hasil penimbangan senyawanya dan volume larutan yang dibuat. (Phiin’s, 2012)
Adapun
syarat-syarat larutan standar primer ialah :
1. Mempunyai kemurnian yang tinggi ( 100 % )
2. Mempunyai rumus molekul yang pasti
3. Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
4. Mempunyai berat ekivalen tinggi sehingga kesalahan
penimbangan dapat diabaikan
5. Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun
pada waktu dilakukan pemanasan, standar primer biasanya dikeringkan terlebih
dahulu sebelum ditimbang
6. Mudah diperoleh
Biasanya zat standar primer memiliki massa molar ( Mr
) yang besar, hal ini untuk memperkecil kesalahan pada waktu proses
penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan relatif yang
lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil. (Phiin’s, 2012)
Beberapa contoh dari larutan standar primer antara
lain Contohnya : H2C2O4 . 2H2O,
Asam Benzoat (C6H5COOH), Na2CO3, K2Cr2O7,
As2O3, KBrO3, KIO3, NaCl. (Phiin’s, 2012)
Larutan baku sekunder adalah bahan yang telah
dibakukan sebelumnya oleh baku primer kareana sifatnya yang tidak stabil, larutan yang konsentrasinya ditentukan dengan
cara pembakuan . (Phiin’s, 2012)
Adapun syarat – syarat larutan standar sekunder :
1. Derajat kemurniannya lebih rendah dari larutan primer
2. Berat ekivalennya tinggi
3. Larutan relatif stabil didalam penyimpanan
Beberapa contoh dari larutan standar sekunder antara
lain NaOH, CH3COOH, HCl. (Phiin’s, 2012)
Pada
percobaan ada beberapa faktor-faktor kesalahan yang menyebabkan tidak akuratnya
hasil titrasi yang didapat antara lain ialah kurang telitinya dalam melakukan
proses titrasi, Kurang tepatnya pada saat pembuatan larutan N2B4O7
dan H2C2O4 seperti pada saat
penimbangan, terjadi perubahan skala buret yang tidak konstan, kurangnya
ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator, terlalu banyak
meneteskan indikator PP atau MM.
Aplikasi
dalam bidang pangan adalah aplikasi analisis kuantitatif dan
pengukuran pH dalam bidang pangan adalah dapat menentukan persen boraks yang
ada dalam bakso atau dalam bahan pangan yang biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, menentukan persen cuka yang digunakan untuk kebutuhan rumah
tangga, membuat garam dapur (NaCl) dari
pencampuran antara NaOH dan HCl, mengetahui zat-zat yang dapat dijadikan bahan
aditif makanan, membuat soda kue (Natrium Bikarbonat) untuk pengembang kue,
pembuatan yogurt dan pembuatan nata de coco.
Kesimpulan :
Dari
percobaan alkalimetri dan asidimetri dapat diketahui konsentrasi dari larutan
NaOH, HCl dan CH3COOH yang digunakan serta mengetahui persen cuka
yang digunakan dalam percobaan. Berdasarkan
hasil pengamatan pengukuran pH dapat disimpulkan
bahwa sampel larutan A adalah asam,
larutan B adalah netral dan
larutan C adalah asam
dengan menggunakan kertas lakmus merah dan
dapat mengetahui pH dari sampel larutan A,B, dan C dan mengetahui angka pH
dengan menggunakan indikator universal serta
menggunakan pH meter yang tingkat ketelitiannya lebih tinggi dari indikator
universal maupun kertas lakmus.
DAFTAR PUSTAKA
Chang,
Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti, Jilid 1, Erlangga, Jakarta
Daintith, J.1997, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta.
Phin’s.
2012. Phiin’s.blogspot.com. Percobaan Asidimetri dan Alkalimetri. Acessed : 01
Desember 2012
S, Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. ITB, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar